Sabtu, 05 Juni 2010

9,8 M Alokasi APBD Untuk Proyek Sia-sia

Sunggu sedih hati ini bercampur geram, betapa tidak 9,8 M kembali dianggarkan u/ pembangunan sarana dan prasarana di Lokasi Patung Anugerah, yang pembangunan sudah dianggarkan sejak tahun 2004 hingga sekarang patung nya tidak pernah nongol. Bukan hanya itu, pembangunan patung anugerah awalnya diletakkan di Bonan Dolok Kecamatan Sitahuis Kab. Tapteng, selain sudah menghabiskan anggaran 10 han M juga telah menggunduli Hutan Register, sadis bukan..?

Tidak puas sampai disitu, setelah gagal di lokasi pertama kembali mendapatkan lokasi baru, tepatnya di Kecamatan Tapian Nauli daerah labuhan angin. Masih ingat dengan masalah warga di kecamatan tersebut..? puluhan warga belum mendapat ganti rugi pembukaan jalan, bahkan banyak lahan masyarakat malah di klem milik pemkab.

Wah.. benar-benar jahat, sadis, tidak punya hati nurani dan penindas rakyat. Masih terngiang ucapan Uskup Ludovikus Simanullang Keuskupan Sibolga, "Tapanuli Tengah Termiskin di Sumut setelah Nias", ironis bukan, saat rakyat butuh makan, butuh irigasi, butuh menyekolahkan anak, seorang Bupati malah tidak berpihak dengan rakyatnya.

Saya tertarik dengan komentar Abang Jambang di koran SIB, "mudah-mudahan patung itu nanti bisa memberi makan rakyat miskin di Tapteng".

Ini berita yang sangat menyayat hati menambah luka penderitaan rakyat, Bupati Tapteng Tuani Lumban Tobing (kader Demokrat) benar-benar tidak peduli dengan persoalan rakyat, malah pamer kekuasaan dan korupsi, anehnya malah dilindungi SBY presiden kita, edan bukan. Begitu banyak persoalan di Tapteng, begitu dalam penderitaan rakyat, 2 periode kepemimpinannya tidak ada perkembangan apa2, pembangunan ala konsep Tapanuli Growth hanya isapan jempol semata, malah rakyat yang menjadi korban dan selamanya akan tertindas jika rezim ini kembali berkuasa.

Ahir cerita..! Tegagkan Demokrasi : Tangkap Drs Tuani Lumban Tobing, otak kemiskinan dan kejahatan di Tapteng.

Salam Revolusi
Edianto Simatupang

Akankah Dinasti Tuan i Kita Biarkan?

PEDULI TAPTENG: Sudah terbukti gagal membangun Tapteng selama 10 tahun. Si tuan i masih jg bisa berkata, tak ada orang lain di Tapteng yg bisa melanjutkan pembangunan selain istrinya sendiri...Ini penghinaan bagi kita orang yg berasal dan lahir di Tapteng. Masak tak seorangpun putera Tapteng yg bisa membangun Tapteng! Sok kali kau, tuan i!!!!!


Oknum Pejabat Tapteng itu murid dari rejim Orde Baru, bahkan lebih kreatif daripada Soeharta dalam melanjutkan dinasti kekuasaannya. Soeharto juga dulu berujar, gak ada orang yang bisa menggantikan dia. Maka jadilah 35 tahun rejim berlangsung dengan penuh keanehan.

Dalam hal konsep pembangunan manusia seutuhnya dan kebobrokan pembangunan ... ditapteng saya siap berdebat di depan publik dengan Tuani, apalagi dengan istrinya. Bahwa apa yang dikatakannya tentang keberhasilan di Tapteng itu bohong besar. Saya sudah katakan itu depan Kantor Bupati tgl 28 Mei 2008, ketika saya menurunkan massa 2000-an utk unjuk rasa. Dia gak berani keluar dari persembunyiannya.

Tuani sudah mendapat kesempatan dua periode (10 thn) memimpin Tapteng dan gagal. Bahkan beberapa proyek berskala raksasa diduga terindikasi korupsi. Proses pemiskinan rakyat secara meluas sedang terjadi dengan maraknya penyerobotan tanah di Tapteng yang terindikasi terkait dengan kepentingan Oknum Bupati. Ingat Komnas HAM menemukan 500-an Ha kebun sawit di Pulo Pane dan Pantai Binasi tanpa pemilik. Jajaran pejabat Pemkab Tapteng mengaku tidak tahu pemilik kebun sawit itu. Di desa Maduma dekat Pantai Binasi 47.6 Ha lahan masyarakat dampingan kami diserobot. Camat jelas tampak oleh masyarakat, terlibat dalam konflik antara SatPol-PP dengan Warga. A. Lubus, Komandan regu SatPol-PP dipidana 2.5 bulan karena dengan arogan mengacungkan senjata laras pendek kepada ibu-ibu di lahan bermasalah itu. Siapa menugaskan Satpol-PP ini kalau bukan Oknum Pejabat Kabupaten di Tapteng. Apakah tugas SatPol-PP memberikan pengamanan untuk perkebunan swasta, kalau itu tidak ada kaitan dengan pejabat di Tapteng? Kenapa bukan Polisi Republik Indonesia yang datang ke situ kalau itu menyangkut keamanan?

Masih banyak kasus lain yang bisa memperpanjang daftar ini. Sebagian kita sudah sampaikan kepada aparat penegakan hukum dan Komnas HAM. Tapi anehnya, Oknum Pejabat Tapteng belum tersentuh. Licin bagai belut. Kenapa ? Karena banyak dari kelangan aparat penegak hukum masih memanfaatkan kasus-kasus di Tapteng untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dalam keadaan seperti digambarkan di atas, masihkah masyarakat mau dibodoh-bodohi dengan mengatakan, tidak ada yang bisa melanjutkan pembangunan di Tapteng kecuali istrinya? Apa prestasi yang sudah dicapai oleh istrinya itu sehingga dia bilang begitu? Jabatan Ketua Tim Penggerak PKK itu mau dijadikan alasan? Apa yang istimewa di situ? Karena suaminya Bupati, ia otomatis dijadikan Ketua Tim, jika tidak?

Aneh bin ajaib. Gerejapun tidak lagi punya kewibawaan di hadapan Bupati Tuani Lbn Tobing. Ketika Natal dan Paskah Oikumene, Dina Br. Samosir, diberikan kesempatan berbicara menyampaikan pesan Natal. Tahun-tahun sebelumnya tidak ada itu. Saya dulu Sekretaris BKAG Tapteng-Sibolga. Kami dulu independen. Gak bisa dimanfaatkan oleh oknum pejabat utk kepentingannya. Tapi sekarang, semua telah dikendalikan dan dipakai menjadi kendaraan politik oleh penguasa.

Kegagalan pembangunan selama 10 tahun di Tapteng seharusnya bisa dijadikan kasus untuk membuktikan kebenaran dan menegakkan keadilan. Proyek yang terindikasi korupsi itu seharusnya diproses secara hukum agar terkuak kebenaran itu. Tapi aneh, semua diam. Malah dimana-mana ia membuat atau mengahdiri acara, ia dengan bebas, mengatakan istrinyalah satu-satunya yang bisa memimpin Tapteng untuk ke depan. Astaga....

Begitulah. Pesan saya kepada pembaca yang budiman, yang punya telinga hendaklah mendengar, yang punya mata, hendaklah melihat. Jangan hadiri acara yang dibuat atau dihadiri oleh Oknum Bupati Tapteng yang terkait dengan pengkampanyean istrinya menjadi Bupati Tapteng..... "Jangan merebut tulang tanpa isi, sama dengan merebut kebodohan" (Ebiet G. Ade), [tulisan ini diambil secara penuh dari komentar Rantinus Manalu, pejuang HAM Tapteng di FB Peduli Tapteng.]