Kamis, 02 Desember 2010

FPTR Siap Bertanggungjawab

Komnas HAM dan Komisi Justice and Peace Keuskupan Sibolga Meminta Kepolisian Mengungkap Keberadaan Mobil yang Provokatif

Dua unit mobil truk dibakar massa, Selasa (30/11) malam. Peristiwa terjadi sekitar pukul 21.10 WIB, tepatnya di Jl pintu masuk Labuanangin, Desa Mungkur – Poriaha, Tapanuli Tengah (Tapteng). Peristiwa diduga karena warga tersulut emosi, dengan keberadaan mobil truk yang provokatif diparkir menutup badan jalan. Tidak ada korban jiwa, atau luka-luka dalam kejadian. Namun FPTR mengaku siap bertanggungjawab.

Saat ini Kepolisian Resort (Polres) Tapteng sudah memeriksa 24 orang saksi, termasuk mengamankan sejumlah barang bukti seperti mobil truk sebanyak 6 unit, sepeda motor 4 unit dan barangbukti lainnya. Kapolres Tapteng, Dicky Patria Negara SIk melalui Kasat Reskrim, Ari Setyawan Wibowo, kepada wartawan di ruangannya, Rabu (1/12) siang mengaku sudah memeriksa 27 orang saksi.“Mulai tadi malam (baca.Selasa malam) tepat pukul 24.00 WIB sampai sekarang, kepolisian sudah memeriksa 27 orang saksi. Dalam pemeriksaan intensif tersebut, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka,”kata Kasat Reskrim.

Meski demikian, lanjutnya, kepolisian terus bekerjakeras untuk mengusut aksi anarkis tersebut. kalau sudah terbukti, maka akan ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan sipemilik mobil truk, Ucok Gardon Waruwu juga terus diperiksa.
Kasat Reskrim bilang, kepolisian mengamankan 6 unit mobil truk, dan 4 unit sepeda motor karena saat melakukan penyidikan kendaraan tersebut berada di TKP dan tidak diketahui siapa pemiliknya. “Truk-truk itu kemudian diamankan ke Makopolres Tapteng,”kata Kasat sembari menuturkan kalau truk-truk milik Ucok Gardon Waruwu tersebut berada di lokasi saat akan mengangkut material proyek yang akan mengerjakan proyek Pemkab pembangunan jalan di daerah wilayah Labuanangin. Saat akan melewati blockade warga, truk-truk itu dilarang masuk. Karena dilarang, truk-truk kemudian diparkirkan menutup badan jalan dengan 2 baris kebelakang,” katanya.

Bertanggungjawab

Peristiwa pembakaran 2 unit mobil truk, di Jl Labuanangin, Desa Mungkur, Tapteng, Selasa malam, dipertanggungjawabkan Koordinator Forum Pembela Tanah Rakyat (FPTR) Dennis Simalango. Dennis mengaku bertanggungjawab, dihadapan Kapolres Dicky Patria Negara SIk, saat melakukan pertemuan terbuka, di Mapolres, Rabu (1/12) siang.
Dennis menegaskan siap bertanggungjawab dalam peristiwa tersebut. Tetapi Dennis mengatakan kalau tragedi itu dipicu keberadaan mobil yang sangat provokatif dan memancing emosi warga. “Mobil itu diparkir dengan menutupi badan jalan, sehingga tidak memberi akses warga untuk melintas. Sebelumnya juga sudah diperingati beberapa kali, tetapi sipemilik tidak mengindahkan bahkan membiarkannya hingga tengah malam. Kami peringatkan kalau mobil truk itu bisa menyulut emosi, yang bermuara pada anarkisme. Dan benar terjadi,”kata Dennis Simalango sembari meminta keberadaan mobil yang sangat provokatif tersebut diusut pihak kepolisian.
Hal senada disampaikan Koordinator FPTR Edyanto Simatupang yang juga turut hadir pada saat itu meminta kepolisian mengusut latarbelakang peristiwa tersebut, sehingga duduk permasalahannya terungkap dan dapat dipahami. “Kami siap bertanggungjawab dan diperiksa. Tetapi kami mohonkan dengan amat sangat kalau keberadaan mobil yang provokatif tersebut juga diusut dan diungkap,”katanya.
Edy bilang, pihak Pemkab telah melanggar kesepakatan warga, Pemkab dengan Polda, sewaktu di Poldasu saat gelar perkara, Senin (22/11) lalu, di mana supaya tidak menghambat proyek perusahaan PLTU, seperti pengangkutan BBM dan proyek jalan. Tetapi justru mereka menghalangi mobil PLTU melintas dengan memarkirkan mobil truk sebanyak 6 unit, menutup badan jalan.

Menanggapinya, Kapolres Tapteng Dicky Patria Negara SIk yang kala itu didampingi Wakapolres, Kompol Enriko Silalahi dan Kasat Intel AKP P Pandiangan, mengaku akan mengusut keberadaan mobil truk tersebut. “Percayalah pada kepolisian bahwa akan mengusutnya hingga tuntas. Saya memahami peristiwa tersebut akibat tersulut emosi karena keberadaan mobil truk tersebut provokatif. Tetapi perlu dipahami, aksi anarkis juga tidak dapat dibenarkan. Maka kalau berani berbuat harus berani bertanggungjawab. Kepolisian akan mengusut latarbelakang dibalik peristiwa tersebut,”kata Kapolres.

Pertemuan tersebut dihadiri, Tokoh Masyarakat Mungkur Hamonangan Simanjuntak (Kengnam), Imam Keuskupan Sibolga Pastor Paulus Posma dan beberapa warga, serta dihadiri wartawan elektronik dan media cetak.

Komisi Justice and Peace

Ketua Komisi Justice and Peace Keuskupan Sibolga, Pastor Rantinus Manalu, kepada wartawan, Rabu (1/12) siang, mengaharapkan kepolisian dapat bertindak proporsional dalam menangani aksi anarkis tersebut. Proporsional karena warga tersulut emosi karena keberadaan mobil truk itu yang sangat provokatif. “Kepolisian harus mengungkap latarbelakang dibaliknya. Anarkisme warga ya anarkisme. Tetapi, latarbelakangnya juga harus diungkap,” kata Pastor yang sangat concern pada perjuangan HAM tersebut.

Pastor Rantinus menilai keberadaan mobil truk itu sebagai jebakan supaya warga terprovokasi melakukan tindakan anarkis. “Itu saya nilai sebagai jebakan, sehingga perlu diungkap. Sebab mobil truk diparkir menutup badan jalan,”katanya seraya mempertanyakan kenapa setelah gelar perkara di Polda, lalu ada mobil yang diparkir menutup badan jalan.

Imam yang diadukan Pemkab karena membantu bibit karet bagi warga tersebut kemudian meminta kepolisian mempertimbangkan aspek HAM yang sedang diperjuangkan warga, yakni soal gantirugi tanah yang sudah bertahun-tahun, bahkan sampai warga melakukan aksi tidur di badan jalan selama berbulan-bulan menuntut haknya. “Karena bagaimana pun warga sudah sangat menderita dan sengsara, sehingga mudah tersulut emosi,” katanya.

Persoalan lain, tutur Pastor Rantinus lagi, semua orang sudah tahu kalau di Jl Labuanangin, Desa Mungkur, Tapteng ada pemblokadean warga yang menuntut gantirugi. Beritanya pun sudah ‘bertabur’ di mana-mana. Tetapi seenaknya saja truk-truk diparkirkan memalang badan jalan oleh pihak tertentu, sehingga menyulut kemarahan warga.

Komnas HAM Kecewa

Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) mengaku sangat kecewa atas peristiwa anarkisme warga di Jl Labuanangin, Mungkur, Tapteng, Selasa (30/11) malam, yang mengakibatkan 2 unit mobil truk terbakar. Komnas HAM kecewa, karena permasalahan warga yang menuntut gantirugi justru diperhadapkan pada tindakan anarkisme, yang seharusnya sudah tidak terjadi. “Kami sangat kecewa,” tutur Ketua Komnas HAM Bidang Pemantauan dan Penyelidikan, Jhonni Nelson Simanjuntak.

Kekecewaan Komnas HAM, tutur Jhonny karena sikap keras Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapteng yang tidak memberikan tuntutan gantirugi tanah warga. “Kasus ini sudah bertahun-tahun atau sudah cukup lama. Komnas HAM mengikuti setiap perkembangannya. Sedangkan tuntutan warga wajar dan dilindungi undang-undang. Tetapi hingga sekarang Pemkab Tapteng belum memberikan gantirugi. Kami sangat kecewa,” katanya.

Bahkan, Jhonny bilang, Komnas HAM sudah memberikan surat resmi kepada Pemkab Tapteng terkait permasalahan itu dengan meminta supaya pihak Pemkab Tapteng membahasnya dan membicarakannya untuk memberikan tuntutan warga. Tetapi sampai sekarang tidak kunjung diberikan.

Jhonny kemudian meminta supaya pihak kepolisian juga tidak hanya menyalahkan warga dalam peristiwa anarkis tersebut. Tetapi juga memeriksa keberadaan mobil truk yang melatarbelakangi aksi anarkis. “Aksi anarkis harus diproses. Tetapi latarbelakangnya juga harus diungkap dan diusut,” tutur Jhonny sembari berharap polisi dapat bertindak persuasive dan professional. (Hel/g/SIB)

Rabu, 01 Desember 2010

Siapa Bermain di Poriaha

Tadi malam jalan ke PLTU Labuan Angin yang diblokir warga sejak tak kurang 5 bulan lalu membara dan mencekam. Pasca kericuhan dan terbakarnya 2 mobil truck di daerah pemblokiran itu, muncul pertanyaan: siapa yang bermain di Poriaha?

Warga yang tersulut provoasi sebuah OKP, marah dan membakar truck yang sepertinya sengaja diparkirkan orang tak kenal di jalan masuk ke PLTU Labuan Angin. "Sejak pagi kami melihat,ada orang OKP yang sengaja memancing keributan" ungkap T Hutagalung, dari kelompok warga yang menuntut ganti rugi atas lahan mereka.

Buntut dari pembakaran 2 truck tadi malam. Lima warga ditahan pihak Polres Tapanuli Tengah. Sampai berita ini diturunkan [pkl.23.00] pemeriksaan terhadap lima warga masih berlangsung. Sementara itu, puluhan ibu-ibu terus bertahan di depan Polres Tapanuli Tengah menunggu hasil pemeriksaan polisi.

Jalan ke PLTU Labuan Angin bermasalah, karena warga terus menuntut agar tanah mereka yang diambil oleh pihak Pemkab Tapteng diganti rugi. Edianto Simatupang, koordinator FPTR menduga bahwa pihak pemkab Tapteng telah mengadakan konspirasi untuk membungkam warga.

Dugaan ini semakin menguat, karena beberapa jam setelah kerusuhan di daerah pemblokiran, nama-nama warga yang diduga membakar truck langsung beredar di kalangan wartawan dan warga lainnya di Poriaha. Penyebaran nama-nama yang diduga terlibat itu nampaknya dengan sengaja disebar agar warga yang masih bertahan menuntut ganti rugi tanah mereka takut.