Minggu, 29 Juli 2012

Komitmen Damai: Bonaran-Sintong Vs Curiga

Perseteruan antara Bupati Tapanuli Tengah Bonaran Situmeang dan Ketua DPRD Tapanuli Tengah semakin mencemaskan gerakan pro rakyat. Pasalnya perseteruan ini telah mengganggu jalannya pemerintahan di Tapanuli Tengah. Bahkan menurut pengakuan Sintong jika LKPJ bupati 2011 tidak segera disahkan secara legal Tapteng berpotensi mendapat finalti berupa pemotongan APBD sebanyak 20% (SURAT, 27/7/2012) pada tahun 2013. Jika ini benar terjadi maka usaha Bonaran Situmeang untuk "menjolok" anggaran sebanyak mungkin dari Pusat ke Tapteng bakal sia-sia.

Masalahnya sampai saat ini belum ada tanda-tanda perseteruan ini bakal reda. Yang muncul adalah ego masing-masing yang lebih mementingkan harga diri serta kelompok masing-masing. Tokoh-tokoh masyarakat Tapteng maupun orang yang Peduli Tapteng yang cemas akan dampak perseteruan ini terus mencoba merajut kembali komunikasi yang putus diantara keduanya.


Sebutlah misalnya usaha yang dibuat oleh Tota Situmeang. Ketua Parsadaan Situmeang sedunia yang berdomisili di Tarutung ini telah mencoba menjembati keduanya, tetapi gagal. Maratua Siregar, mantan ketua DPRD Tapteng yang kini menjadi anggota DPRD SUMUT juga telah mencoba melerai keduanya. Masih banyak usaha yang dibuat baik pribadi maupun kelompok untuk merekatkan keduanya. Namun semua itu gagal.

Apa pasal gagalnya perdamaian keduanya. Informasi yang berhasil dihimpun Tim PEDULI TAPTENG menunjukkan bahwa kegagalan keduanya mengakhiri konflik terletak pada tidak adanya ketulusan diantara keduanya. Bonaran sendiri meminta Sintong berdamai dengan sebuah syarat agar Sintong mencabut pengaduan soal pemalsuan dokumen negara berupa pemalsuan stempel yang dibuat kelompok Baktiar Sibarani/Jamaludin Pohan. Sekedar diketahui, kelompok Baktiar Sibarani diduga telah menggunakan anggaran DPRD Tapteng untuk jalan-jalan ke Bali tanpa prosedur yang lazim beberapa bulan lalu. Ketua DPRD Sintong Gultom yang tidak setuju dengan rencana itu tidak menandatangi pemakaian anggaran, tetapi Jamaludin Pohan sebagai salah seorang wakil ketua DPRD menandatanginya dengan stempel yang dicetak sendiri.

Sintong yang tidak senang dengan ulah "kelompok Baktiar", yang tidak mengakui kepemimpinannya dan mencoba mengkudetanya dari ketua DPRD tidak mau mencabut pengaduannya ke polisi. Di pihak lain, ternyata Sintong Gultom juga belum percaya sepenuhnya pada niat baik bupati untuk berdamai. Sintong takut kalau sewaktu-waktu sesudah berdamai bupati dan kelompok Baktiar kembali "menyerangnya" dengan merebut kursi panas ketua DPRD atau mengungkit kasus rotan yang pernah dituduhkan ke Sintong.

Bonaran sendiri melihat dibalik tegarnya hati Sintong Gultom ada kelompok eks Tim Pemenangan Bosur yang akhir-akhir ini kecewa dengan kepemimpinan Bonaran. Bonaran menduga Sintong dipengaruhi oleh eks tim pemenangan yang juga tidak menghendaki pencabutan laporan karena kelompok ini sudah lama menaruh rasa tidak senang ke Baktiar Sibarani.

"Gencatan senjata" yang hendak dicapai akhirnya berakhir pada: Bonaran menyalahkan Sintong, sementara Sintong meragukan komitmen Bonaran. Entah siapa yang benar diantara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar