Jumat, 31 Agustus 2012

Di Balik Cekcok Sibolga-Tapteng

Masih ingat kampanye Syarfi Hutauruk Walikota Sibolga dalam membantu Bonaran Situmeang untuk mendapatkan kursi Pandan 1? Kata-kata itu masih ada dalam file-file kami. "Jangan ada lagi pemimpin Sibolga dan Tapteng ke depan, yang satu ke Utara yang satu ke Kelatan". Kata-kata ini mudah ditebak yakni ungkapan yang merujuk pada tidak akurnya Walikota Sibolga saat itu dan Bupati Tapteng.

Pasca dilantiknya Bonaran jadi bupati Tapteng kemesraan mulai terajut, hal ini diwujudkan dengan perayaan idul fitri dan natal bersama kedua pemerintahan daerah. Sangkin inginnya cepat mesra sempat terpikir untuk membuat monumen persahabatan.

Tapi kemesraan ini agaknya cepat berlalu. Tak perlu mencari siapa yang salah, siapa yang benar. Cekcok antara Pemkab dan Pemko dimulai dengan isu perluasan Sibolga yang akan mengambil sebagian wilayah Tapteng. Isu kemudian melebar ketika seorang pejabat di Pemko Sibolga menulis sebuah artikel di harian Suara Rakyat. Sejak itu mulai terjadi "perang dingin" diantara kedua pemerintah daerah.


Pasal yang terakhir adalah soal aset Pemkab Tapteng yang berada di Sibolga sempat dipakai dinas pendidikan Sibolga. Tapteng merasa keberatan dan mengirim 2 kompi Satpol PP untuk mengusir Disdik Sibolga. Persoalan-persoalan kecil yang agaknya sepele jika tidak diolah dengan baik bukan tidak mungkin menjadi api dalam sekam.

Sebetulnya kalau mau jujur apa yang menjadi pasal percekcokan itu bukanlah sumber masalah sebenarnya. Jika ditelusuri secara dalam sumber segala ketidak akuran adalah persaingan tak sehat diantara kedua pimpinan kedua daerah. Sibolga merasa Tapteng mau jalan sendiri. Ada kekuatiran di sebagian pejabat pemko Sibolga jika Tapteng maju maka Sibolga akan terlupakan. Dulu, Sibolga menonjol sendiri ketika orang bicara soal Pantai Barat. Tetapi sejak program Wisata Sejuta Pesona dilaunching Tapteng menjadi primadona baru.

Apapun sebenarnya yang menjadi akar masalah, namun pada akhirnya kepentingan panta Baratlah yang menjadi hal utama. Tidak perlu ada persaingan yang tak sehat diantara keduanya. Justru mereka harus bersinergi untuk membangun kedua daerah. Misalkan, jika Sibolga sudah punya pelabuhan yang bisa bongkar muat peti kemas, untuk apa lagi Tapteng membangunnya? Sibolga dan Tapteng adalah 2 daerah tak terpisahkan. Sibolga adalah Tapteng, dan Tapteng adalah Sibolga. Mari bergandeng tangan membangun Pantai Barat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar