Kamis, 14 Januari 2010

Wartawan Media Cetak di Tapteng tidak Bermutu

Wartawan media cetak di Tapanuli Tengah tidak bermutu. Mereka (para kuli tinta di Tapteng) tidak dapat lagi melihat sisi berita yang elegan, santun dan bernilai. Pemberitaan mereka terkesan miring dan berpihak pada penguasa.

Hal itu terlihat dari pemberitaan tentang Doa dan Solidaritas Peduli Tapteng yang digalang oleh Forum Umat Katolik Keuskupan Sibolga, kemarin 12/1/2010. METRO TAPANULI tadi pagi (13/1/2010) malah lebih menyoroti kehadiran dua anggota DPRD Sibolga dalam aksi doa bersama kemarin. METRO TAPANULI menulis: Dua Anggota Dewan Sibolga Demo DPRD Tapteng.

Dalam pemberitaan itu para pembaca mereka giring pada opini campur tangan DPRD Sibolga pada DPRD Tapteng. Untuk menggiring opini publik sang wartawan mencoba mewawancarai dan meminta pendapat salah seorang warga Sibolga tentang kehadiran dua anggota dewan dimaksud.

Wartawan yang sebelumnya sudah meneerima press release dari panitia tampaknya tidak mengerti apa perbedaan doa dan demo. Padahal sebelum acara doa berlangsung, orator sudah menyampaikan bahwa ini adalah doa bukan demo. Pengusung aksi adalah Forum Umat Katolik Keuskupan Sibolga bukan anggota Dewan. Kehadiran kedua anggota DPRD lebih pada solidaritas mereka pada pastornya.

Pemberitaan yang miring juga terdapat di beberapa media cetak seperti ANALISA dan beberapa koran lain. Koordinator aksi, Paulus menduga keberpihakan para kuli tinta pada Pemkab Tapteng diakibatkan oleh "ajinomoto" fulus yang mereka terima dari Pemkab Tapteng. "Para peserta doa berjumlah seribuan, dan peserta aksi tandingan tak lebih dari 40 orang. Peserta aksi adalah bayaran. Masak mereka yang menjadi fokus pemberitaan?" tanya beliau.

Masyarat sudah lama tahu bahwa wartawan di Tapteng menghamba uang. Setiap pemberitaan, selalu meminta uang kirim berita. Siapa yang punya uang, dia yang punya berita. Mereka tidak peduli apakah masyarakat mendapat berita yang benar atau tidak, yang bermutu atau serampangan. Bukan tidak mungkin Tuani Lumbantobing selain membiayai doa tandingan juga membayar para wartawan kacangan di Tapteng.

Wartawan Tapteng harusnya tahu masyarakat membutuhkan berita yang benar dan bermutu. Bukan hanya sekedar berita yang dipesan oleh oknum tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar